Marah itu tidak enak dilihat. Bahkan orang yang kualitasnya bagus dalam beberapa hal, sekali waktu entah oleh sebab apa, tahu-tahu menggunakan tenaga marah dalam membicarakan sesuatu yang sebetulnya bisa dibicarakan dengan tanpa marah.
Ada orang yang terkadang lupa untuk marah pada tempatnya saja. Karena marah pada satu hal, kemudian marahnya itu merembet ke hal-hal yang lain, tanpa sengaja melukai hati orang-orang yang tidak tahu apa-apa.
Kalau menghadapi situasi semacam ini, jangan terpancing untuk marah juga. Perhatikan saja. Ingat-ingat saja kualitas terbaiknya ketika tidak marah. Lalu ambil jeda beberapa saat (beberapa menit) untuk menjauhinya. Meminta izin untuk undur diri sejenak, misalnya bilang mau ke toilet.
Dalam beberapa menit itu, amarahnya mungkin sudah reda. Dekati dan ingatkan sampai mana tadi pembicaraan yang sudah dibuat. Dengan cara ini, semoga ia akan berbicara mengenai inti persoalan tanpa marah. Kalau masih marah juga, tidak masalah, dengarkan saja.
Dengan mendengarkan, seseorang telah membantu seseorang yang lain yang sedang marah itu mengurangi beban batinnya. Kalau seseorang terus saja marah-marah setelah itu, ketahui saja ia sedang merusak pikirannya sendiri. Tak perlu ikut marah. Tersenyum saja.
Tiap orang mungkin pernah mengalami situasi buruk dan lupa mengendalikan marahnya. Setelah memahami segala sesuatunya, tak perlu marah besar untuk hal-hal kecil. Marahlah pada hal-hal besar. Marahlah dengan cara yang benar. Ubah perasaan marah itu menjadi tenaga yang menyemangati tindakan meraih capaian yang besar-besar. Teliti, marah terjadi karena sesuatu belum berlangsung sebagaimana harapan.
Orang lebih mudah marah pada orang-orang terdekatnya. Sebesar marahnya, sebesar itu pula harapan baiknya. Marah itu diperlukan. Tantangannya adalah bagaimana marah tanpa marah.
No comments:
Post a Comment